TIGA BOCAH
NAKAL
Penulis:
Nurhalis Ali
Ini
merupakan kisah seorang anak nakal desa bersama kawan-kawan nya yang sangat
indah jika di baca dengan seksama di dalam cerpen ini. Ingin sekali penulis
tuangkan kisah-kisah nya di waktu kecil. Sekarang yuk! kita baca kisah nya.
Pagi
itu matahari terbit dari ufuk timur desa Umera , sinarnya yang begitu hangat
membuat orang-orang harus bangun awal untuk melakukan aktivitas sehari-hari
nya. Di desa tersebut di tunjukkan ada sebuah sederhana yang terbuat dari papan
dan atap nya terbuat dari daun sagu yang sudah di anyam menjadi atap. Di dalam
rumah tersebut terdapat empat orang anak dan kedua orang tua mereka.Saat itu
terdengar dari dapur sang ibu berteriak membangunkan anak-anak nya , semua anak
nya bangun kecuali seorang anak yang masih nyenyak dalam tidurnya.
Ibu Raodah: Alii bangun su[1]
pagi ini.! “ Teriak ibu dengan suara yang keras dengan menggunakan logat
khas Maluku Utara.” Ya betul... Anak itu bernama Ali, dan ibu nya bernama ibu Raodah.
Ali
tetap saja terjaga dalam tidurnya , dengan beralaskan tikar dan bantal gululng yang tertahan erat di pelikan
nya. Ibu Raodah yang begitu sabar pun membangunkan ali yang kedua kali nya.
Ibu
Raodah: Ali bangun su pagi ini.!
Ali
pun bangun ketika ibu nya memanggilnya yang kedua kalinya, lalu kemudian mandi
untuk persiapan berangkat ke sekolah.”
Suasana
pagi itu masih terasa dingin masyarakat di kampung kampung ini sudah melakukan
aktivitas sehari-harinya. Ali juga pun langsung mandi untuk bergegas keb
sekolah, air sumur pagi itu begitu dingin hingga membuat ali harus berhenti
mandi dengan cepat.
Seusai
mandi, Ali bergegas mengenakan pakaian kebangaannya yaitu pakaian merah putih. Warna merah yang
melambangkan darah dan putih melambambangkan tulang itulah yang diajarkan
guru-guru Ali di sekolah. Kemudian setelah itu Ali pun sarapan pagi yang sudah
disiapkan ibu Raodah, nasi dan ikan goreng membuat suasana pagi itu makin
lengkap hinnga Ali makan begitu lahap sehingga Ali merasa makanan yang di
buatkan ibunya itu merupakan makanan terenak sedunia. Setelah makan Ali lansung
berpamitan kepada ibu nya untuk berangkat ke sekolah.
Ali: “Mama ali pigi sekolah
dulu eee”[2]
Teriak Ali kepada ibu Raodah, lalu mencium tangan ibu nya.
Ibu
Raodah: Iyo hati-hati di jalan deng[3]
jangan manakal di sekolah. Nasihat dari Ibu Raodah kepada Ali
Jalanan
di Desa Umera pagi itu di penuhi oleh anak sekolah dari mulai anak TK, SD, dan
juga SMP yang sangat bersemangat untuk menimbah ilmu dari guru-guru mereka di
sekolah. Sesampai di sekolah SD NEGERI Umera Ali langsung masuk ke kelasnya
tepatnya di kelas 4 yang di dalamnya terdapat 13 orang siswa. Ketika masuk Ali
melihat pemandangan yang tidak biasa yaitu ada dua orang yang lebih dulu datang
daripada nya, mereka berdua adalah sahabat dekat nya yaitu Wahid dan Armin.
Wahid
dan Armin adalah adalah siswa yang paling sering terlambat, oleh karena itu Ali
langsung merasa heran ketika mereka lebih dulu datang daripada nya. Saat
melihat mereka berdua Ali langsung melambaikan tangan dan memberi salam
Ali:
”Assalamualaikum ngoni dua datang cepat sampe , biasannya datang paling
terlambat sudah.”[4]
Armin: “Iyo to, sa deng [5]wahid
su janjian jadi.”
Wahid:
“ Iyo Ali sa deng dia su janjian, biar tong dua tara terlambat terus.”
Ali:
“ Oooo bagus itu, biar ada peningkatan to.”
Sebenarnya
Armin dan Wahid datang lebih awal karena ada rencana yang akan mereka lakukan
dan mereka berdua berkeinginan untuk mengajak Ali. Kemudian mereka berdua
memanggil Ali untuk mendekat lalu berkata.
Wahid:
“Ali ko mau ka tidak, sebentar kalau pulang sekolah tong tiga naik ko pe tete [6]pe
kalapa ayo.”
Ali:
“Ayoo. Tapi nanti sapa yang nae[7]?
Ali bertanya kepada kedua teman nya itu
Armin:
“Biar saya saja yang naik nanti ngoni dua yang jaga di bawah, biar kalau ada
yang datang ngoni dua kase tahu.
“Ali
dan Wahid menjawab dengan bersamaan.”
Ali
& Wahid: Ok.
Tak
terasa sudah 15 menit mereka berbincang-bincang tentang rencana mereka, murid-murid satu per satu
masuk ke dalam kelas, lalu terdengar bel tanda belajar di mulai. Para murid
sangat bersemagat dalam proses pembelajaran di sekolah begitupun juga dengan
tiga bocah ini yang sudah tak sabar untuk pulang sekolah dan melaksanakan
rencana mereka.
Akhirnya
waktu yang mereka tunggu-tunggu telah tiba , bel tanda pulang telah berbunyi.
Murid-murid SD NEGERI Umera langsung pulang ke rumah nya masing-masing,
terkecuali tiga bocah ini. Mereka bertiga langsung ke tempat yang dituju dengan
tetap menggunakan baju merah putih karena mereka tidak langsung pulang ke rumah.
Tak
berselang lama mereka berjalan ke tempat eksekusi maka sampailah mereka
kemudian Ali berkata kepada Armin.
Ali:
“Naik sudah Armin! Karna jangan sampai sa pe tete datang tiba-tiba.” Kata
Ali dengan cemas.
Armin:
Iyo Ali
Teman
Ali ini sangat mahir dalam mengeksekusi kelapa, baik itu naik nya, cara potong
nya dan berbagai keahlian lainnya, karena sejak kecil dia sudah dibiasakan oleh
keluargannya berkerja keras. Badannya yang agak sedikit kurus membuat dia
begitu gesit saat memanjat, tiga buah kelapa langsung di jatuhkan nya dengan
begitu mudah. Begitu selesai memanjat Armin segera turn dari atas pohon kelapa
lalu bertanya.
Armin:
Bagaimana tiga cukup to?
Ali
& Wahid: Cukup-cukup. Jawab Ali dan Wahid bersamaan.
Setelah
mereka makan buah kelapa dengan begitu lahapnya, tiba-tiba sesuatu yang tidak
mereka inginkan terjadi muncul. Kakek Ali datang dengan membawa parang yang
tajam mengkilat membuat Ali dan kedua temannya itu merasa takut di sertai
gugup. Sang kakek lalu bertanya dengan suara yang begitu besar tanda marah.
Kakek:
“ Sapa yang suruh ngoni naik kelapa
ini?
Sang
kakek terus memarahi tiga bocah ini , karena mereka naik pohon kelapa tanpa
minta izin pada kakek. Ketiga bocah ini tidak bisa menjawab dan hanya bisa diam
dengan kepala tertunduk. Lalu dengan
tersenyum kakek lalu memberikan mereka sebuah nasehat yang akan selalu mereka
ingat.
“
Kalian ini masih muda tara boleh ambe barang yang bukan milik nya kalian ,
walaupun itu punya tete nya kalian atau keluarganya kalian , harus tetap minta izin
sama pemiliknya, karena didalam syariat islam orang yang mencuri itu di potong
tangan nya ingat itu bae-bae.”
Ketiga
bocah ini merasa sangat bersalah atas apa yang sudah mereka lakukan lal meminta
maaf sama kakek dan mereka berjanji untuk tidak mengulanginya lagi
Kakek:
“Sudah-sudah kali ini tete kase maaf tapi ngoni tara boleh ulang lagi, sekarang
ngoni bale sudah di rumah masing-masing karna jangan sampe ngoni pe orang tua
cari.”
Ketiga
bocah ini mencium tangan kakek lalu pulang ke rumah masing-masing.
Selesai..